Selasa, 17 Maret 2009

Scarlet Letter

SIMBOLISME DALAM NOVEL THE SCARLET LETTER KARYA NATHANIEL HAWTHORNE

Oleh: Derri Ris Riana

ABSTRACT

Many authors choose their own way to express their feeling toward their literary works. Symbolism is often used to interpret the plot of the story, how the author reveals his ideas with many symbols representing the keyword of the plot. By giving many symbols in writing, the plot will be attractive with the use of the right symbol. This writing is analyzed about symbolism used in The Scarlet Letter by Nathaniel Hawthorne. Nathaniel Hawthorn is an expert symbolism with one letter relating the symbol thoughtout the story which can reveal many interpretations to the reader. In this drama, it reveals symbolism which reflected sin and punishment done by the main character of the story.

Key words: literary works, symbolism, scarlet letter

1. Pendahuluan
Novel The Scarlet Letter merupakan hasil karya Nathaniel Hawthorne. Novel ini menyajikan berbagai konflik yang diperankan oleh tokoh-tokoh, baik itu tokoh utama maupun tokoh pendukung. Dilihat dari pengertiannya, novel diartikan sebagai prosa rekaan panjang, yang menyuguhkan tokoh-tokoh dan menampilkan serangkaian peristiwa dan latar secara tersusun (Rahmanto dan Hariyanto, 1997:19). The scarlet Letter adalah novel terkenal dalam sejarah sastra Amerika karena menunjukkan tingkat kesulitan pemahaman dalam penggunaan simbol yang sangat menarik. Novel yang diterbitkan pada tahun 1850 ini menceritakan tentang seorang wanita bernama Hester Prynne yang dituduh melakukan kesalahan di depan masyarakat umum pada jaman koloni di Boston sehingga dia harus memakai tanda huruf “A” berwarna merah tua didadanya. Huruf tersebut merupakan tanda permanen akan dosanya. Novel tersebut bercerita secara naratif yang mengisahkan tentang perjuangan Hester Prynne dan pasangan berdosanya dalam menghadapi hidup di tengah masyarakat yang mengucilkannya. Sebagai tokoh utama dalam cerita ini, Hester Prynne berusaha keras untuk dapat diterima di lingkungan masyarakat walaupun dia mengenakan tanda huruf “A” berwarna merah tua didadanya yang merupakan simbol dosa dan hukuman yang ditimpakan kepadanya.
Setiap pengarang mempunyai ciri khas tersendiri dalam mengungkapkan gagasan tentang konflik yang akan dibahas dalam ceritanya. Penggunaan symbol yang cocok dalam menunjukkan suatu kunci pokok permasalahan sangat mendukung terciptanya karya sastra yang bagus dan bermutu. Simbolisme adalah perihal pemakaian simbol (lambang) untuk mengekspresikan ide-ide (masalah sastra, seni) (KBBI, 2002:1066). Dengan menggunakan simbol, pengarang dapat menuangkan segala gagasan dengan lebih nyata sehingga dapat mudah dipahami. Lebih lanjut, seorang seniman bertindak sebagai “medium” yang lewat simbol-simbol melihat alam gaib, ide-ide (Ensiklopedi Sastra Indonesia, 2004:740). Hal tersebut disebabkan karena seniman memiliki kemampuan dalam menerjemahkan sebuah simbol menjadi sesuatu yang dapat diejawantahkan ke dalam sebuah benda. Dalam The Scarlet Letter simbol yang digunakan adalah tanda huruf “A” merah tua yang oleh masyarakat menunjukkan adanya dosa dan hukuman. Dengan adanya simbol khusus tersebut masyarakat akan mengucilkan orang yang memakai tanda simbol ini, contohnya Hester prynne yang dikucilkan oleh masyarakat di lingkungannya karena mempunyai anak tanpa ayah yang pada saat itu merupakan dosa terbesar bagi seorang wanita.
Penulis sangat tertarik menganalisis tentang kehidupan tokoh utama yaitu Hester Prynne dalam berjuang membesarkan anaknya dengan beban tanda huruf “A” berwarna merah tua didadanya yang berarti orang berdosa dan terhukum. Walaupun dia dikucilkan oleh masyarakat dia tetap mempunyai keyakinan bahwa apa yang dilakukannya adalah benar di mata Tuhan dan dia bertahan untuk hal tersebut. Kita juga mungkin sering menjumpai kasus-kasus seperti hal tersebut di dalam masyarakat kita. Bagaimana sikap dan perilaku kita bila ada orang yang dicap berdosa dan dihukum. Dengan mempelajari analisis novel ini kita bisa belajar dalam menghadapi masalah seperti ini dengan tidak mengucilkan orang yang belum tentu bersalah tetapi berusaha memahami permasalahan yang ada.
Permasalahan-permasalahan yang ada dalam novel The Scarlet Letter karya Nathaniel Hawthrone, diantaranya adalah: (1) Bagaimanakah peranan tokoh-tokoh dalam The Scarlet Letter berpengaruh terhadap alur cerita? (2) Dosa dan kesalahan apa yang diperbuat oleh Reverend Arthur Dimmesdale dan Hester Prynn? Hukuman apa yang ditimpakan kepadanya? (3) Apa makna symbol “A” yang dipakai oleh Hester Prynn?
Analisis ini akan membahas tentang peranan tokoh-tokoh dalam The Scarlet Letter yang berpengaruh dalam alur cerita yang ada. Tokoh adalah salah satu unsur cerita fiksi/drama yang dapat menentukan unsur-unsur plot, suasana, dan tema. Tokoh dalam fiksi dan drama terdiri atas tokoh utama (protagonis), tokoh antagonis, tokoh pembantu, dan tokoh pelengkap (Ensiklopedi sastra Indonesia, 2004:811). Dalam The Scarlet Letter tokoh yang berperan sebagai tokoh utama yaitu Hester Prynn dan Reverend Arthur Dimmesdale yang ikut ambil bagian dalam keseluruhan peristiwa dalam cerita. Tokoh antagonis diperankan oleh Dr. Roger Chillingworth, tokoh pembantu adalah Little Pearl, sedangkan tokoh pelengkap adalah Governor Bellingham, The Reverend Mister Wilson, dan Master Brackett. Peranan tiap-tiap tokoh dapat menggambarkan permasalahan yang muncul dalam cerita ini serta menjelaskan karakter sifat tiap-tiap tokoh. Penggunaan simbol juga akan dibahas lebih lanjut dalam analisis ini, misalnya makna simbol tanda huruf “A” yang harus dikenakan oleh Hester Prynn diartikan baik sebagai tanda dosa dan hukuman maupun sebagai tanda suatu harapan masyarakat Amerika pada masanya. Oleh karena itu, hal tersebut akan tercipta suatu interpretasi yang berbeda-beda dalam memberikan tanggapan tentang symbol tanda huruf “A” tersebut.

2. Metode Penelitian
Menurut Djajasudarma (1993:3), metode penelitian merupakan alat, prosedur, dan teknik yang dipilih dalam melaksanakan penelitian (dalam mengumpulkan data). Oleh karena itu, alat yang digunakan dalam penelitian harus sesuai dengan data yang ada dan masalah yang akan dikaji. Analisis ini termasuk dalam penelitian deskriptif, penelitian yang bermaksud untuk membuat pencandraan (deskripsi) mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian. Dalam arti penelitian ini tidak perlu mencari atau menerangkan saling hubungan, mentest hipotesis, membuat ramalan, atau mendapatkan makna atau implikasi, walaupun penelitian yang bertujuan untuk menemukan hal-hal tersebut dapat mencakup juga metode-metode deskriptif (Sumadi Suryabrata, 2003:76). Istilah deskriptif itu menyarankan bahwa penelitian yang dilakukan semata-mata hanya berdasarkan pada fakta yang ada atau fenomen yang memang secara empiris hidup pada penutur-penuturnya, sehingga yang dihasilkan atau yang dicatat berupa perian bahasa yang biasa dikatakan sifatnya seperti potret: paparan seperti apa adanya (Sudaryanto, 1992:62). Dengan demikian, data yang telah diperoleh dianalisis dengan paparan yang jelas sesuai dengan sudut pandang penulis.
Penelitian ini menggunakan data yang berasal dari novel The Scarlet Letter karya Nathaniel Hawthorne. Data yang tersedia dibaca dan dipahami untuk diteliti lebih lanjut. Penulis dalam menganalisis data menggunakan bukti-bukti yang ada di novel tersebut, misalnya karakter tokoh-tokoh yang ada kemudian dihubungkan dengan masalah yang akan dikaji oleh penulis.
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif. Data yang digunakan tidak berupa angka-angka, tetapi berupa kata-kata atau gambaran sesuatu. Oleh karena itu, kata-kata akan dibahas dan diteliti lebih lanjut. Dengan menggunakan analisis deskriptif, penulis melakukan pemilahan data yang sesuai dengan ciri masalah yang akan dikaji, kemudian menghubungkannya dengan data-data lain yang akan dikaji. Dalam analisis ini, penulis memaparkan peran dan fungsi tokoh-tokoh dalam novel The Scarlet Letter dan hubungannya dengan alur cerita yang ada. Data yang diperoleh harus dipertimbangkan secara ilmiah sebagai bahan kajian.

3. Peran dan Fungsi Tokoh - tokoh dalam The Scarlet Letter

3. 1. Hester Prynne
Hester Prynne adalah seorang gadis muda yang berasal dari Boston. Dia mempunyai hubungan dengan Reverend Arthur Dimmesdale, seorang pendeta, yang merupakan orang ternama dan dikagumi di kota Boston. Hubungan tersebut menghasilkan seorang anak yang bernama Pearl. Untuk menjaga nama baik Dimmesdale hubungan tersebut dirahasiakan. Oleh karena itu, Hester Prynne menanggung anak itu sendirian, dia harus menerima cacian dari masyarakat karena mempunyai anak yang tidak mempunyai ayah atau tidak ada yang mau bertanggung jawab. Bahkan, dia harus mendapat hukuman dari masyarakat yaitu dia harus mengenakan tanda “A” di dadanya yang berarti orang berdosa. Setelah itu Hester and anaknya dipenjara karena kesalahannya. Hal ini dapat ditunjukkan dalam kutipan sebagai berikut.


“The woman will have her punishment!” the small man in black clothes said loudly to the crowd. “She will stand in the town square for four hours. Everybody will look at her and see her sin.” He then turned to the woman with the baby and said, “Come, Hester Prynne, show your scarlet letter in the town square. Follow me.”


Tetapi dia mempunyai keyakinan bahwa apa yang dilakukannya benar di mata Tuhan. Setelah keluar dari penjara, dia tinggal di daerah yang jauh dari pemukiman penduduk. Dengan semangat yang masih dimilikinya, Hester Prynne berjuang untuk hidup dengan berprofesi sebagai penjahit wanita. Dengan cara itulah, Hester dan anaknya, little Pearl, mencukupi kebutuhannya sehari-hari. Lebih lanjut, kehidupannya terisolasi dari masyarakat. Hinaan dan cacian dia terima dengan hati lapang, misalnya ketika Hester melakukan kegiatan sosial dia harus menerima cacian dari orang miskin dan sakit yang ditolongnya. Hal tersebut dapat kita simak dalam kutipan.
A short time later, Hester left the prison. She moved into a small house outside the town. She had no friends, but she was always busy. She made beautiful clothes for her daughter. When people saw these clothes, they wanted Hester to make beautiful things to them too. She started to get money from her work. She used some money for food, but she gave a lot of money away.

People said bad things to her when they saw her in the street. They were unfriendly when she visited their houses. Children followed her in town and shouted at her. Some people saw the scarlet letter on her breast and turned away. Church ministers looked coldly at her and talked to her about punishment and God. In their eyes, the scarlet letter shone red hot on her breast with fire from the devil. Hester felt angry with the minister, but she never showed her feelings. She always looked at the ground and walked away.



3. 2. Reverend Arthur Dimmesdale
Reverend Arthur Dimmesdale adalah salah satu orang yang dihormati di kota Boston. Dimmesdale adalah seorang pendeta yang disegani. Setiap hari minggu, beliau selalu memberikan ceramah bagi umatnya. Gerejanya selalu penuh oleh umat yang ingin mendengarkan ceramahnya yang begitu menyentuh. Dimata umatnya, dia adalah sosok sempurna yang tanpa cacat. Sebenarnya, dia menyimpan rahasia besar dalam hidupnya. Rahasia tersebut adalah Dimmesdale berhubungan dengan Hester Prynne yang akhirnya menghasilkan seorang bayi perempuan, bernama Pearl. Di dalam hatinya, dia ingin sekali mengungkapkan rahasianya. Akan tetapi, dia tidak berani mengumumkan di khalayak ramai tentang hal tersebut karena hal itu akan menurunkan reputasinya di masyarakat. Oleh karena itu, dia merahasiakan hal tersebut dalam hati. Pernyataan tersebut dapat kita lihat dalam paragraf berikut.

“Arthur Dimmesdale was a very sick man, but he was also the most famous minister in the town. His church was full every Sunday. “He is a wonderful speaker,” people said. “He is a great man of God.” Young women felt excited when he was near them. Old people were sad because he was weak and sick. “The minister will die before us,” they said.

Every Sunday Dimmesdale spoke to the people in church. He wanted to tell everybody the secret in the heart. He wanted people to hate him, but he was afraid. “I am a bad man.” He told everybody. “I am the worst sinner in this town.” But the people did not hate him. They love him more and more. In their eyes, the young minister could do nothing wrong.

Karena menyimpan dosa dan kesalahan selama bertahun-tahun, dia menjadi sakit-sakitan, wajahnya pucat dan matanya kelihatan selalu capek, sepertinya begitu banyak beban dalam hidupnya. Karena tidak tahan dengan derita yang dialaminya, Dimmesdale akhirnya mengakui dosa dan kesalahannya di depan umum. Di depan mimbar, dia menggandeng Hester dan little Pearl, mengakui segala dosa dan kesalahannya selama ini bahwa Pearl merupakan anak hasil hubungannya dengan Hester.

3.3. Dr. Roger Chillingworth
Dr. Roger Chillingworth adalah suami dari Hester Prynne. Dialah yang mengirim istrinya pergi ke Salem, Massachusetts, sendirian tanpa ditemani olehnya. Sedangkan Chillingworth sendiri mengalami kecelakaan, yaitu kapalnya karam. Akan tetapi, dia diselamatkan oleh orang Indian selama kurang lebih dua tahun. Selama masa penantian selama 2 tahun itulah, Chillingworth tidak mengetahui kabar mengenai Hester. Tiba-tiba dia diberitahu oleh masyarakat Massachusetts bahwa dia dihukum karena perzinaan, memiliki anak tanpa ayah. Pada akhirnya, dia bertemu dengan Hester dan anaknya di penjara. Sebagai dokter, dia dipanggil ke penjara karena pada saat itu Hester dan anaknya kelihatan sangat lemah, seperti yang terlihat dalam paragraf berikut.

At one o’clock they took Hester and her child back to the prison. Hester sat on the bed with her baby and cried. After an hour, she and the baby started to feel weak. The workers in the prison brought in a doctor. His name was Roger Chillingworth . Hester looked at the doctor and felt afraid. He was the man from the back of the crowd.


Hester merasa sangat bersalah dengan perzinaan yang telah dilakukannya. Oleh karena itu, dia berusaha meminta maaf. Akan tetapi, ketika suaminya menanyakan siapa ayah dari Pearl dia merahasiakannya karena dia ingin menyimpan rahasia tersebut dalam hati. Pada saat bertemu di penjara itulah, Chillingworth ingin membongkar skandal perjinahan yang dilakukan istrinya. Dia memiliki keinginan yang begitu besar untuk mengetahui siapa ayah dari anak yang dilahirkannya. Pada akhirnya mereka berdua memiliki persetujuan bahwa Hester tidak boleh membuka rahasia bahwa Chillingworth adalah suaminya dan chillingworth tidak boleh membuka rahasia kepada khalayak umum siapa ayah dari Pearl.

3.4. Little Pearl
Pearl adalah anak hasil hubungan rahasia antara Hester dan Dimmesdale. Sebagai anak kecil, dia termasuk anak yang ceria dan aktif. Hester, sebagai orang tua tunggal membebaskan anaknya untuk berbuat sesuatu tanpa membatasi tingkah lakunya, sehingga kelihatannya masa kecilnya sempurna. Akan tetapi, ada sesuatu yang membuatnya sedih, anak-anak lain tidak ingin berteman dengannya. Hal itu disebabkan karena ibunya memakai tanda huruf “A” warna merah tua yang melambangkan orang berdosa. Sebagai anak yang kuat, dia tidak memerdulikan perkataan anak-anak tersebut. Dia tetap mencintai ibunya. Sikap Pearl tersebut ditunjukkan dalam kutipan bagai berikut.
Hester was sad because Pearl had no friends. But Pearl was strong. She held her mother’s finger when she walked with her through town. She did not like other children. They were boring. They only played games about churches. Sometimes they shouted bad things at her mother. Pearl ran after them angrily and threw things at them. Then she came back happily and quietly to her mother.

One day, Pearl took some flowers. She threw one flower, then another flower, the the scarlet letter on her mother’s breast. Hester looked sadly into little Pearl’s wild eyes. After the last flower hit her mother’s breast, Pearl laughed.


3.5. Governor Bellingham
Bellingham adalah orang terpenting di daerah Salem, Massachusetts, sebagai pemimpin politik. Dia berwenang untuk membuat keputusan di daerahnya, termasuk dalam kasus Hester tersebut. Akan tetapi, dia juga meminta pertimbangan kepada para wakilnya. Bellingham menyuruh Hester melepaskan Pearl supaya diasuh oleh keluarga lain yang mengenal Tuhan. Alasannya yaitu Hester tidak mengajari anaknya tentang Tuhan, terutama karena dia memakai tanda huruf “A” didadanya. Pada akhirnya, atas saran Dimmesdale, Bellingham setuju supaya Hester mengasuh Pearl. Alasan Dimmesdale dapat kita lihat dalam pernyataan berikut.

Dimmesdale put his hand over his heart and turned to Governor. “God gave her the child,” he said. “The mother has to show her child the way to heaven too. The sinful mother will be happier than the sinful father. Let us leave the mother with her child. “


Secara tersirat, Dimmesdale membela Hester untuk mengasuh anaknya karena dia lah yang merasa bersalah membiarkan Hester dan anaknya dihukum di depan umum.

3.6. The Reverend Mister Wilson
Wilson adalah pendeta yang paling tua di daerah Salem, Massachusetts. Pendeta ini berusaha meminta Hester mengungkapkan identitas ayah Pearl. Dia memancing dengan berbagai cara supaya Hester buka mulut, misalnya dengan cara mendekati Pearl secara perlahan dan memberikan pertanyaan untuk mencari kesalahan Hester. Pertanyaan tersebut berupa

The old minister sat down in an armchair. He looked at Pearl in her little red dress and said, “Come here.”

But Pearl ran to a window and stood there—a little red bird, ready to fly away.

“Pearl,” the old minister said. “Can you tell me the answer to this question? Who made you?”

Pearl put her finger in her mouth and thought for a minute. Then she said, “Nobody made me. My mother found me in some wild flowers outsides the prison door.”


3.7. Master Brackett
Master Brackett adalah seorang petugas di penjara. Ketika Hester dan anaknya kelihatan capek dan lelah di penjara, dia menyarankan untuk memanggil dokter untuk merawatnya. Pada akhirnya Dr. Roger Chillingworth datang untuk memeriksanya.

4. Dosa dan Kesalahan yang Diperbuat oleh Hester Prynn

Kisah The Scarlet Letter ini dimulai pada saat Hester Prynn yang berperan sebagai tokoh utama ditinggal sendirian oleh suaminya, Roger Chillingworth di suatu kota bernama Salem, Massachucetts. Kemudian, Hester bertemu dengan Reverend Arthur Dimmesdale, yang merupakan seorang pendeta ternama di kota tersebut.. Sebagai seorang pendeta, Dimmesdale bertugas melakukan misa setiap hari minggu, yaitu memberikan ceramah mengenai Tuhan kepada para umatnya, misalnya mengenai cara mendekatkan diri kepada Tuhan, perbuatan yang dilarang (mencuri, berbuat sewenang-wenang terhadap sesama, maupun berzinah), dan lain-lain. Oleh karena itu, Dimmesdale merupakan seorang yang sangat disegani di kota tersebut. Salah satu orang yang mengagumi Dimmesdale adalah Hester Prynne.
Lambat laun Hester semakin dekat dengan Dimmesdale. Karena merasa cocok satu sama lain, mereka melakukan dosa terbesar, yaitu perzinaan. Pada saat itu perzinaan merupakan suatu perbuatan yang sangat dilarang, terutama bagi penganut agama yang kuat. Sebenarnya mereka sudah tahu bahwa perbuatan itu merupakan dosa berat, akan tetapi karena pengaruh hawa nafsu mereka hanya mengindahkannya. Walaupun dosa dan kesalahan tersebut diperbuat berdasarkan rasa cinta, perzinaan tersebut tetap tidak bisa dimaafkan. Akan tetapi, mereka berdua tetap bertahan dalam pendapatnya bahwa dosa yang diperbuatnya tersebut tidak pernah menyakiti orang lain. Oleh karena itu, mereka saling menguatkan satu sama lain. Dosa dan kesalahan lainnya yang diperbuat oleh Hester adalah dia tidak pernah memberitahu kepada semua orang bahwa dia sudah memiliki suami, termasuk Dimmesdale. Suami yang disebutnya yaitu Dr. Roger Chillingworth. Seandainya dia memberitahu kalau dia sudah bersuami mungkin bebannya lebih ringan serta tidak diperlakukan tidak adil oleh masyarakat. Seperti terlihat dalam kutipan sebagai berikut

“Oh Arthur, forgive me. I have a secret from you. I could not tell you before today because I made a promise. But I was wrong and I am sorry”. Hester took his hand and put it over the scarlet letter on her breast. “Arthur, I have to tell you. It is about the old man—the doctor. You think that he is Roger Chillingworth. But that is not his name. His name is Prynne. He is my husband!”

The minister took his hand away from Hester’s. He looked at her with dark, angry eyes. “How could you do this to me?” he said. “I live with that man. He sees into my heart. He is your husband and you did not tell me. I cannot forgive you for this!”

Hester threw her arms around Arthur and held his head to her breast. He tried to move away, but Hester did not want to lose him. “You will forgive me!” She cried . “The world hates me. God hates me. I can live with that. But you cannot hate me too, Arthur. I cannot live with that”.

Hester held him for some minutes. Then Arthur looked up into her face. He was not angry with her now. “I forgive you, Hester,” he said sadly. “God knows that we are not the worst people in the world. Roger Chillingworth is worse than us. That man’s heart is blacker that our sin. You and I, Hester, we wanted to hurt anybody.”

“Never,” Hester said. “Or sin was born in love, not hate. Do You remember?”

Perjinaan yang mereka lakukan mengandung konsekuensi berat yang harus ditanggung. Adapun konsekuensi yang harus ditanggung oleh Hester yaitu dia dibebani lambang huruf “A” berwarna merah tua yang melambangkan dosa dan kesalahan yang diartikan adultery atau perzinaan. Efek dari pemakaian simbol tersebut adalah dia harus masuk penjara serta pengucilan diri dari masyarakat. Sedangkan Dimmesdale harus menanggung rasa bersalahnya selama bertahun-tahun sehingga dia jatuh sakit. Sebenarnya dia mau mengungkapkan dosanya kepada khalayak umum. Akan tetapi, dia tidak mempunyai keberanian untuk itu. Karena dianggap sebagai orang suci sehingga dia merasa sulit untuk mengatakan hal sejujurnya kepada masyarakat. Ditambah lagi, dia selalu memberikan nasehat-nasehat kepada umatnya di gereja tentang hal-hal baik. Akan tetapi, dia malah berbuat hal yang dilarang agama. Oleh karena itu, dia memendamnya dalam hati saja.
Karena tidak tahan menanggung beban, Dimmesdale akhirnya mengungkapkan kejujurannya di depan umum. Dia mengajak Hester dan Pearl naik ke panggung. Hal tersebut dapat kita simak dalam pernyataannya berikut ini

Then he turned to the crowd in the square and said loudly, “Peoplr of New England . You loved me, but look at me now—the one sinner of the world. I did not stand here before, and I was wrong.”

After he spoke, he did a very strange thing. With a small smile, he opened his shirt to the crowd. People pushed excitedly nearer the platform. They all wanted to see the minister. Arthur stood there with his shirt open. Then he fell. Hester went down next to him. Roger Chillingworth jumped up onto the platform. He went down to the floor and said into the minister’s ear, “You got away from me.”


5. Makna Simbol Huruf “A”

Simbol huruf “A” berwarna merah tua tersebut melambangkan setan yang terwujud dalam dosa dan kesalahan yang diperbuat oleh Hester Prynne dan pasangan perzinaannya, Athur Dimmesdale. Simbol tersebut digambarkan dengan warna merah tua yang cenderung gelap yang mengartikan beban derita. Awal mulanya Hester Prynne dituduh melakukan perzinaan oleh masyarakat kolonial Boston. Oleh karena itu, dia diharuskan memakai tanda permanen simbol huruf “A” yang berarti dosa dan kesalahan.
Simbol huruf “A” itu sendiri memengaruhi alur cerita dalam novel ini. Dengan simbol satu huruf ini bisa dijadikan pusat cerita, yang memengaruhi karakter pada tokoh-tokoh dalam novel ini. Pengarang novel ini, Nathaniel Hawthrone menggunakan simbol tersebut untuk mengembangkan karakter tiap-tiap tokoh, khususnya merubah kehidupan para tokoh. Pada awalnya simbol huruf “A” tersebut melambangkan dosa dan kesalahan, secara perlahan simbol tersebut menjadi simbol harapan dan penyelamatan atau penebusan dosa. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, karena dituduh melakukan perzinaan Hester diharuskan memakai tanda huruf “A” dan kemudian dimasukkan ke penjara. Penderitaan Hester terus berlanjut, meskipun dia dan Pearl sudah keluar dari penjara. Mereka berdua terasing dan diisolasi dari masyarakat sekitar. Para tetangga tidak mau berteman maupun menyapanya. Segala caci maki dan cemooh diterima dengan lapang dada. Karena keteguhan hati dan kesabarannya akhirnya segala penderitaannya berakhir. Puncak dari semua itu adalah ketika Dimmesdale, ayah dari Pearl, mengakui di depan khalayak umum bahwa dia adalah ayah dari Pearl dan dia pun memiliki tanda huruf “A” yang sama dengan yang dipakai Hester. Dengan pengakuan itulah, masyarakat tidak lagi menghakimi Hester dan membiarkannya hidup dengan tenang. Pengalaman hidup Hester yang penuh dengan penderitaan tersebut menjadikannya ingin membantu wanita-wanita lain yang mempunyai masalah, misalnya dia membuatkan pakaian dan memberikannya kepada mereka. Dia berkeyakinan bahwa suatu hari nanti kehidupan para wanita akan menjadi lebih baik dan mempunyai kesetaraan yang sama dengan para pria. Dengan begitu, simbol tersebut menjadi sumber pengharapan bagi Hester. Hal tersebut terdapat dalam kutipan berikut

“One day,” she told them, “when God is ready, there will be a new world—a better world for women. We will be the same as men. Everybody will understand that only love can make us happy. One Day. But not today.”


Adapun bagi Dimmesdale, pasangan Hester, Simbol huruf “A” yang juga muncul didadanya memiliki makna beban hidup yang terus-menerus yang berupa penyesalan diri atas apa yang diperbuatnya. Karena pada awalnya dia menutup-nutupi rahasianya ini dari masyarakat dan tidak mau berkata jujur. Akibatnya beban hidup tersebut menjadi sakit yang berkepanjangan. Selain itu, simbol ini juga merupakan takdir Tuhan, hukuman atas perzinaannya.

6. Kesimpulan
Novel The Sarlet Letter merupakan novel terkenal pada sejarah sastra Amerika. Novel tersebut menggunakan simbol dalam menyampaikan suatu ide atau gagasan. Simbol yang dimaksud adalah tanda huruf “A” permanen. Hester Prynne, sebagai tokoh utama, dianggap berdosa karena pelakukan perzinaan sehingga dia diharuskan memakai tanda huruf “A” permanen berwarna merah tua tersebut.
Terpenjara dan terisolasi dari masyarakat merupakan konsekuensi yang harus ditanggung oleh Hester, mempunyai anak tanpa ayah. Hester, sebagai anggota masyarakat, seharusnya tidak menerima perlakuan hukuman yang begitu berat. Seharusnya masyarakat tidak boleh menghakimi dan memperlakukan orang secara berlebihan, seperti mengisolasi Hester dalam lingkungan pergaulannya. Padahal, Hester sudah memenuhi hukuman yang harus dia tanggung, yaitu masuk penjara. Setiap orang memiliki hak untuk hidup yang meliputi menyuarakan isi hati dan bergaul dengan masyarakat.
Simbol huruf “A” berwarna merah tua melambangkan setan yang terwujud dalam dosa dan kesalahan yang diperbuat oleh Hester Prynne dan pasangan perzinaannya, Athur Dimmesdale. Simbol tersebut digambarkan dengan warna merah tua yang cenderung gelap yang mengartikan beban derita. Beban derita tersebut bukan hanya ditanggung Hester, tetapi juga Arthur Dimmesdale. Sebagai ayah dari anak yang dilahirkan oleh Hester, dia seharusnya sejak awal mengakui dosa dan kesalahan yang diperbuatnya di depan masyarakat umum. Akan tetapi, karena ketakutan dicap tidak memiliki martabat yang baik, dia hanya memendam dalam hati. Selain melambangkan dosa, simbol “A” tersebut juga bisa diartikan sebagai harapan masyarakat Amerika pada saat itu untuk memiliki hidup yang lebih baik.


DAFTAR PUSTAKA

Dewan Redaksi Ensiklopedi Sastra Indonesia. 2004. Ensiklopedi Sastra Indonesia. Bandung: Titian Ilmu Bandung.

Hawthrone, Nathaniel. 2000. The Scarlet Letter. Level 2. Retold by Chris Rice. England: Pearson Education Limited.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Rahmanto dan Hariyanto. 1997. Cerita Rekaan dan Drama. Jakarta: Universitas Terbuka.

Sudaryanto. 1992. Metode Linguistik. Yogyakarta:Gajah Mada University Press.

Suryabrata, Sumadi. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.





1 komentar:

Nina Nova Anggraini mengatakan...

Mba mohon maaf saya mau bertanya mba bedah novel ini versi sudah diterjemahkan atau masih yg orisinil bahasa inggris ?, kalo boleh tau ketebalan halamannya yg 300 sekian atau bukan, terimakasih mba sebelumnya :)